Friday, January 18, 2013

membingungkan #1



“heeey key, bisa cepat sedikit? Aku bisa terlambat ke sekolah tau” teriakku  pada adikku yang sedang berada  didalam kamar mandi. Namun adikku  tak menggubris sama sekali, malahan key, adikku makin asik bersiul didalam. Poor, me.

Ya, aku –meggy McKnight- memang selalu bernasib buruk. Semenjak kehadiran adikku -keydira McKnight-dia perempuan, dan aku benci padanya. Dia selalu mandi sepuas-puasnya  hingga membuatku terlambat masuk sekolah. Padahal, hari ini adalah hari pertama aku masuk sekolah dengan ber status well, ‘kelas 9’. Sekali lagi, poor, me..

Setelah menunggu kurang lebih satu jam, key pun keluar dengan wajahnya yang polos, ya, wajah tanpa dosa! Aku pun melirik pada key dengan sinis sambil memasuki kamar mandi.
“sudah pukul  7!” teriakku, aku segera menyambar seragam serta semua perlengkapan sekolah yang ada di atas mejaku dengan kilat maksudku, cepat. Setelah, kira-kira, semua sudah siap, aku segera menuju mobil pak steve –sopir pribadiku- dan segera menyuruhnya untuk mengebut. Dengan maksud, Agar aku segera sampai sekolah.

“untung, aku tepat waktu” batinku. Tapi, gawat. Aku belum melihat daftar pembagian kelas. Hey, aku masuk kelas mana? Aku akan duduk dengan siapa nanti? Well, tanpa basa-basi aku segara mengapeli papan pengumuman. “oh-my-god. 9-9….ngomong-ngomong lyn –sahabat sejak kelas 7- masuk mana ya?” tanyaku sendiri.
Setelah berdiri tepat didepan ruangan yang bertuliskan 9-9, aku melihat kedalam. Aku tidak kaget, masih banyak anak yang pontal-pantil ribut mencari teman untuk duduk bersama hingga kami lulus. Belum berapa langkah aku masuk dalam kelas, seseorang menyambarku sambil berteriak “kau harus duduk denganku!” setelah kulihat wujudnya, ternyata dia lyn! Hey, aku sekelas dengannya! Tanpa basa basi aku langsung mengiyakan pertanyaannya.

“teet…teet….” Bel berbunyi dua kali, well, itu tandanya bel masuk kelas. Semua murid masih terlihat  canggung satu sama lain. Mungkin, karena jumlah kelas disekolah ini cukup banyak untuk satu tingkatan. Maksudku, dalam satu tingkatan terdapat 25 kelas. Bayangkan saja. Itupun baru satu tingkatan kelas 9 belum kelas 7 maupun 8. Karena banyak kelas itu membuat susahnya para murid dari kelas satu ke kelas lainnya untuk saling kenal. Singkat kata, semua murid disini sudah seperti murid baru setiap perpindahan kelas tiap tahunnya.

Tak lama kemudian masuklah Mrs. Josephany –karena ini sekolah berstandar internasional maka, sebutan itulah yang diapakai semua guru disini terutama mrs. josephany -atau yang sering dipanggil mrs. J.- keren!
“yap, munkin karena hari ini hari pertama mrs. j hanya akan mengisi pelajaran ini dengan membentuk struktur kelas” omel mrs. j dengan centilnya. Pembentukan struktur kelas. Aku paling benci dengan hal itu, mengingat tahun lalu saat aku masih duduk di bangku kelas 8. Aku terpilih sebagai ketua kelas. Coba bayangkan, setiap ada masalah dikelas itu aku tak hentinya masuk keluar ruang bk. Keluar masuk, maksudku. Aku benar-benar trauma, dan berharap kali ini bukan aku yang terpilih sebagai ketua kelas.
“tapi, saya  rasa, saya akan memilih lewat absen dengan berdasarkan nilai-nilai rapot kalian tahun lalu” mrs. J membeberkan. Well, itu mrs. J lakukan karena memang dia belum hafal nama beserta kepribadian kami masing-masing, sungguh mengharukan.
Tik..tok..tik..tok..setelah sekian lama aku –juga pasti, seluruh murid yang ada dikelas- menunggu hasil dari mrs. J, akhirnya mrs. J telah menyelesaikannya. Mrs. J lalu menuliskan hasilnya di papan tulis dengan sekema seperti ini;

Ketua kelas: Luis medaffon
Wakil ketua:  Relyn jim
Bendahara: stephany majore
Sekretaris: mike Arnold

Huwawhh, aku lega bukan main. Aku tidak terpilih sama sekali. Hey, tapi sahabatku, lyn terpilih. Well, itu bukan urusanku. Setelah semua sepakat dengan yang ditulis oleh mrs. J, tiba tiba saja ada anak yang dengan cepat mengangkat tangannya serta mengatakan..”maaf mrs, tapi luis medaffon telah pindah sekolah. Saya tahu, karena dulu saya sekelas dengannya..” tukas anak tersebut dengan lembutnya. Tapi aku tidak terlalu peduli dengan hal itu. Tak lama, mrs. J melihat kembali kertas absen lalu menaikkan satu alis nya yang memberi sinyal bahwa mrs. J telah mendapat pengganti luis medaffon. 

Mrs. J segera menghapus nama luis medaffon di papan dan segera mengganti nya dengan namaku, meggy McKnight.  Aku kaget, kaget tidak terima. Maksudku, kaget bukan main. Lalu mrs. J memanggil namaku dan menyuruhku maju, ya, maju kehadapan semua murid yang jumlahnya 30. Terpaksa, aku maju. “apakah kamu bersedia dengan jabatanmu yang sekarang nona megg?” tanya mrs. J padaku. Hmm, benar-benar pertanyaan yang tak bisa dijelaskan oleh kata-kata. Rasanya, ingin sekali aku menjawab maaf mrs, aku tidak bisa atau tahun lalu aku sudah menjabatnya, dan itu benar-benar membuatku seperti orang gila, ya, orang gila, mrs. Dan sekarang aku tentunya, tidak akan bersedia menerima jabatan itu lagi! Sambil berteriak didepan muka mrs. J. tapi, tidak mungkin aku melakukan itu. Degan kata lain aku hanya bisa menjawabnya dengan.. “baik, mrs. J” ya, hanya itu. 

Setelah aku kembali dari tempat tadi,-tempat yang menurutku paling seram, bahkan melebihi seramnya kuburan- aku disambut oleh lyn, “selamat ya megg, aku bangga karena kamu akan jadi ketua kelas lagi” ucapnya dengan manis. Aku hanya tersenyum padanya. Padahal, didalam hati, mungin, mukaku sudah seperti monster bahkan, lebih dari monster.
Aku benar-benar kesal hari ini.

Bel istirahat berbunyi, aku dan lyn (seperti biasa) mengapeli kantin sekolah. Disana, lyn (lagi lagi) membahas tentang terpilihnya aku sebagai ketua kelas. Kau tahu, aku jadi tidak nafsu makan lagi. Tapi, tentu saja, aku tidak memperlihatkan semua perasaan itu pada lyn. Sepanjang lyn bercerita, aku hanya tersenyum mendengarnya. Padahal, tidak sebenarnya. Bel masuk berbunyi, aku dan lyn kembali ke kelas, beda dengan lyn, dia kembali ke kelas dengan semangat yang menggebu-gebu. Sedangkan aku, sama sekali tidak semangat, apalagi sampai menggebu-gebu. Aku benci hari ini.
Sepulang sekolah, lyn mengajakku ke toko buku. Aku dengan senang hati, ikut. Di toko buku, lyn dengan semangat membeli buku pelajaran yang sekiranya belum dia beli. Benar-benar semangat sekali lyn. Hei lyn, sebenarnya jika kamu tau perasaanku hari ini. Aku berani taruhan kau tidak akan menunjukan muka semangatmu yang menggebu-gebu itu.
Dan kami baru kembali kerumah masing-masing pada malam hari.

Disepanjang perjalanan, aku hanya berharap orang-orang rumah tidak akan membuatku merasakan perasaan yang kurasakan disekolah tadi. Tapi, itu tidak terkabul. Sampai rumah, papa dan mama belum pulang dari kerjanya, mereka pasti lembur. Dan lebih menyedihkan lagi, aku mendengar suara gaduh dari ruang tengah. Setelah kulihat, hei key, apalagi yang dia lihat sampai berteriak seperti orang sinting begitu. Sepak bola, lagi lagi dia sedang melihat pertandingan bola. Ya, adikku memang gila bola. Padahal dia perempuan.  Itu sebabnya mengapa aku sangat benci ketika key tengah menontonnya, dia selalu berteriak sepuas dia mau. Aku benar-benar heran, apa bagusnya sepak bola. Hanya membosankan menurutku, sungguh. 

Hari ini, aku benar-benar merasakan kesialan yang luar biasa, kesialan yang sampai mencapai klimaksnya. Aku heran sepenuh-penuhnya pada hari ini, benar-benar heran.
Well, sudah hampir sebulan aku melakukan aktifitas yang sama setiap hari –tentunya, kecuali sabtu dan minggu- penuh keheranan, dan menyialkan. Tapi, aku tetap terlihat biasa saja didepan teman-temanku. Ya, aku sudah cukup beradaptasi dengan teman-teman sekelasku.
Hari ini, lyn tidak masuk. Aku benar-benar merasa hampa. Tapi, tak apa, masih ada selena –sahabat baru ku dan lyn di kelas ini- saat istirahat, aku mengajak selena untuk ke kantin, tapi dia tidak bisa, dia harus menemui mrs. Taylor-guru ballet selena disekolah ini- well, aku pun memutuskan untuk pergi ke perpustkaan saja. Disana, aku mencoba mencari buku yang sekiranya pas untuk kubaca. Setelah mendapatkan buku, segera aku duduk di bangku tengah-tengah. Ya, memang pada saat itu hanya ada aku di perpustakaan. Tak lama, ada seorang anak laki yang ingin membaca, dan dia duduk disampingku. Setelah kulihat, ternyata dia seorang murid yang sekelas denganku. Aku hanya tersenyum padanya, lalu melanjutkan membacaku, tanpa menggubrisnya lagi. Tapi lama kelamaan, aku merasa aneh. Hei, kenapa aku jadi tidak konsen membaca? Ada apa ini? Perasaan yang aneh. Tapi aku tetap berusaha melanjutkan membaca buku ku lagi. Tapi semakin lama, aku merasa kalau joe-teman laki yang sekelas padaku tadi- sedang memperhatikanku. Tapi, aku tetap berusaha untuk tidak ke g e-er an. Tapi sesekali aku melirik nya, pandangannya semakin nyata. Semakin nyata kalau dia sedang memperhatikanku. Aku benar-benar risih. Lalu, melanjutkan lagi bacaanku.
Bel masuk berbunyi. Joe pun segera kembali ke kelas, sedangkan aku, harus mengembalikan buku pinjamanku tadi. Sesampainya dikelas, aku duduk dibangku(seperti biasa) dan aku baru sadar, ternyata joe duduk tepat didepanku. Tapi, mengapa aku merasa aneh. Waktu demi waktu, setiap pelajaran sesekali aku selalu melihat kearah joe, entah mengapa tapi rasanya sudah seperti gerak reflek. Dan tak disangka-sangka, joe menoleh kebelakang-tepatnya kearahku- “hei megg, bisa ajarkan aku soal nomer 16 ini? Kudengar kau anak yang pandai” tanya joe tiba-tiba. Hei, aku benar-benar merasa gugup. Sebenarnya, mengapa ini terjadi? Aku mencoba menenangkan diri. Dan dengan santai aku menjawab pertanyaan joe “oke, sini ku ajari” disepanjang waktu aku menjelaskannya aku mulai merasa kami berdu cocok. Maksudku, cocok sebagai teman mengobrol. Ya, karena apa yang kita bicarakan selalu seirama. Walaupun ada sedikit topik pembicaraan yang kadang kadang melenceng. 

 Hari demi hari yang kulewatkan dikelas, tak pernah sedikitpun aku tak memerhatikannya. Maksudku, memerhatikan joe. Setiap hari kami bertiga-aku, lyn dan joe- selalu berbincang-bincang bersama jika didalam kelas, dan kadang berempat-jika, selena tidak sibuk- ya, dan sepertinya aku mulai merasakan hal yang benar-benar membingungkan. Maksudku, apa iya aku benar-benar menyukai joe? Joe memang tidak terlalu tampan, tetapi dia manis. Selain itu dia juga asik. 

Sudah hampir, kira kira, 2 bulan. Aku selalu memikirkan joe. Karena sudah kusimpulkan aku memang suka pada joe. Karena menurutku, dia juga menyukaiku. Itu semua kulihat dari bagaimana sikapnya padaku. Dia selalu mengantarku pulang, dia juga sering ke perpustakaan jika aku ke perpustakaan, dia juga sangat perhatian padaku; menelpon atau meng sms ku untuk mengingatkanku agar aku tidak lupa makan, bahkan jika aku tak sengaja melihatnya, posisi pandangannya selalu mengarahku. Semacam seperti memperhatikanku. Aku pun juga sudah sering menceritakan hal ini pada lyn dan selena. Setiap malam, aku selalu nge BBM mereka, menceritakan apa yang sedang kurasakan. Sebaliknya, mereka juga sering menceritakan hal-hal yang sedang mereka alami pada saat itu.

Tapi anehnya, mengapa joe tak kunjung mengungkapkan perasaannya padaku? Padahal sudah banyak sinyal yang dia pancarkan padaku. membingungkan. Payah.

pagi-pagi sekali aku dating kesekolah, dan aku kaget setelah melihat kedalam kelas. Disana kulihat joe bersama merry-teman sekelasku juga- sedang besenda gurau. “joe..” panggilku pelan. “ada apa megg? Kalau tidak penting, nanti saja bicaranya” jawab joe, lalu meneruskan kembali gurauannya bersama merry. Hei, mengapa ini? Apa joe sudah tak menyukaiku lagi? Atau kesimpulanku tentang joe yang menyukaiku itu salah? Ya, ternyataselama ini aku telah salah menyimpulkan perasaan joe. Bodoh sekali aku. Mengapa aku bisa cepat menyimpulkan itu semua? Tapi kurasa aku tidak ada hak untuk melarang joe, Karena kupikir aku bukan sapa sapanya. Hanya aku saja yang selama ini terlalu berlebihan

Tapi, setelah kupikir-pikir aku tidak salah telah menyimpulkan ini. Karena sinyal-sinyal yang joe berikan telah membuatku yakin. Dan kini aku telah menyimpulkan, dan aku yakin kesimpulanku ini gak akan salah, bahwa joe adalah peng- PHP.” Joe, aku akan melupakanmu, aku janji..” bisikku dalam hati.

Bersambung….



No comments: