“heeey key, bisa cepat sedikit? Aku bisa terlambat ke
sekolah tau” teriakku pada adikku yang
sedang berada didalam kamar mandi. Namun
adikku tak menggubris sama sekali,
malahan key, adikku makin asik bersiul didalam. Poor, me.
Ya, aku –meggy McKnight- memang selalu bernasib buruk.
Semenjak kehadiran adikku -keydira McKnight-dia perempuan, dan aku benci
padanya. Dia selalu mandi sepuas-puasnya hingga membuatku terlambat masuk sekolah.
Padahal, hari ini adalah hari pertama aku masuk sekolah dengan ber status well,
‘kelas 9’. Sekali lagi, poor, me..
Setelah menunggu kurang lebih satu jam, key pun keluar
dengan wajahnya yang polos, ya, wajah tanpa dosa! Aku pun melirik pada key
dengan sinis sambil memasuki kamar mandi.
“sudah pukul 7!”
teriakku, aku segera menyambar seragam serta semua perlengkapan sekolah yang
ada di atas mejaku dengan kilat maksudku, cepat. Setelah, kira-kira, semua
sudah siap, aku segera menuju mobil pak steve –sopir pribadiku- dan segera
menyuruhnya untuk mengebut. Dengan maksud, Agar aku segera sampai sekolah.
“untung, aku tepat waktu” batinku. Tapi, gawat. Aku belum
melihat daftar pembagian kelas. Hey, aku masuk kelas mana? Aku akan duduk
dengan siapa nanti? Well, tanpa basa-basi aku segara mengapeli papan pengumuman.
“oh-my-god. 9-9….ngomong-ngomong lyn –sahabat sejak kelas 7- masuk mana ya?”
tanyaku sendiri.
Setelah berdiri tepat didepan ruangan yang bertuliskan 9-9,
aku melihat kedalam. Aku tidak kaget, masih banyak anak yang pontal-pantil
ribut mencari teman untuk duduk bersama hingga kami lulus. Belum berapa langkah
aku masuk dalam kelas, seseorang menyambarku sambil berteriak “kau harus duduk
denganku!” setelah kulihat wujudnya, ternyata dia lyn! Hey, aku sekelas
dengannya! Tanpa basa basi aku langsung mengiyakan pertanyaannya.
“teet…teet….” Bel berbunyi dua kali, well, itu tandanya bel
masuk kelas. Semua murid masih terlihat canggung satu sama lain. Mungkin, karena
jumlah kelas disekolah ini cukup banyak untuk satu tingkatan. Maksudku, dalam
satu tingkatan terdapat 25 kelas. Bayangkan saja. Itupun baru satu tingkatan
kelas 9 belum kelas 7 maupun 8. Karena banyak kelas itu membuat susahnya para
murid dari kelas satu ke kelas lainnya untuk saling kenal. Singkat kata, semua
murid disini sudah seperti murid baru setiap perpindahan kelas tiap tahunnya.
Tak lama kemudian masuklah Mrs. Josephany –karena ini
sekolah berstandar internasional maka, sebutan itulah yang diapakai semua guru
disini terutama mrs. josephany -atau yang sering dipanggil mrs. J.- keren!
“yap, munkin karena hari ini hari pertama mrs. j hanya akan
mengisi pelajaran ini dengan membentuk struktur kelas” omel mrs. j dengan
centilnya. Pembentukan struktur kelas. Aku paling benci dengan hal itu,
mengingat tahun lalu saat aku masih duduk di bangku kelas 8. Aku terpilih
sebagai ketua kelas. Coba bayangkan, setiap ada masalah dikelas itu aku tak
hentinya masuk keluar ruang bk. Keluar masuk, maksudku. Aku benar-benar trauma,
dan berharap kali ini bukan aku yang terpilih sebagai ketua kelas.
“tapi, saya rasa,
saya akan memilih lewat absen dengan berdasarkan nilai-nilai rapot kalian tahun
lalu” mrs. J membeberkan. Well, itu mrs. J lakukan karena memang dia belum
hafal nama beserta kepribadian kami masing-masing, sungguh mengharukan.
Tik..tok..tik..tok..setelah sekian lama aku –juga pasti,
seluruh murid yang ada dikelas- menunggu hasil dari mrs. J, akhirnya mrs. J
telah menyelesaikannya. Mrs. J lalu menuliskan hasilnya di papan tulis dengan
sekema seperti ini;
Ketua kelas: Luis medaffon
Wakil ketua: Relyn
jim
Bendahara: stephany majore
Sekretaris: mike Arnold
Huwawhh, aku lega bukan main. Aku tidak terpilih sama
sekali. Hey, tapi sahabatku, lyn terpilih. Well, itu bukan urusanku. Setelah
semua sepakat dengan yang ditulis oleh mrs. J, tiba tiba saja ada anak yang
dengan cepat mengangkat tangannya serta mengatakan..”maaf mrs, tapi luis
medaffon telah pindah sekolah. Saya tahu, karena dulu saya sekelas dengannya..”
tukas anak tersebut dengan lembutnya. Tapi aku tidak terlalu peduli dengan hal
itu. Tak lama, mrs. J melihat kembali kertas absen lalu menaikkan satu alis nya
yang memberi sinyal bahwa mrs. J telah mendapat pengganti luis medaffon.
Mrs. J segera menghapus nama luis medaffon di papan dan
segera mengganti nya dengan namaku, meggy McKnight. Aku kaget, kaget tidak terima. Maksudku, kaget
bukan main. Lalu mrs. J memanggil namaku dan menyuruhku maju, ya, maju
kehadapan semua murid yang jumlahnya 30. Terpaksa, aku maju. “apakah kamu
bersedia dengan jabatanmu yang sekarang nona megg?” tanya mrs. J padaku. Hmm,
benar-benar pertanyaan yang tak bisa dijelaskan oleh kata-kata. Rasanya, ingin
sekali aku menjawab maaf mrs, aku tidak bisa atau tahun lalu aku
sudah menjabatnya, dan itu benar-benar membuatku seperti orang gila, ya, orang
gila, mrs. Dan sekarang aku tentunya, tidak akan bersedia menerima jabatan itu
lagi! Sambil berteriak didepan muka mrs. J. tapi, tidak mungkin aku
melakukan itu. Degan kata lain aku hanya bisa menjawabnya dengan.. “baik, mrs.
J” ya, hanya itu.
Setelah aku kembali dari tempat tadi,-tempat yang menurutku
paling seram, bahkan melebihi seramnya kuburan- aku disambut oleh lyn, “selamat
ya megg, aku bangga karena kamu akan jadi ketua kelas lagi” ucapnya dengan
manis. Aku hanya tersenyum padanya. Padahal, didalam hati, mungin, mukaku sudah
seperti monster bahkan, lebih dari monster.
Aku benar-benar kesal hari ini.
Bel istirahat berbunyi, aku dan lyn (seperti biasa)
mengapeli kantin sekolah. Disana, lyn (lagi lagi) membahas tentang terpilihnya
aku sebagai ketua kelas. Kau tahu, aku jadi tidak nafsu makan lagi. Tapi, tentu
saja, aku tidak memperlihatkan semua perasaan itu pada lyn. Sepanjang lyn
bercerita, aku hanya tersenyum mendengarnya. Padahal, tidak sebenarnya. Bel
masuk berbunyi, aku dan lyn kembali ke kelas, beda dengan lyn, dia kembali ke
kelas dengan semangat yang menggebu-gebu. Sedangkan aku, sama sekali tidak
semangat, apalagi sampai menggebu-gebu. Aku benci hari ini.
Sepulang sekolah, lyn mengajakku ke toko buku. Aku dengan
senang hati, ikut. Di toko buku, lyn dengan semangat membeli buku pelajaran
yang sekiranya belum dia beli. Benar-benar semangat sekali lyn. Hei lyn,
sebenarnya jika kamu tau perasaanku hari ini. Aku berani taruhan kau tidak akan
menunjukan muka semangatmu yang menggebu-gebu itu.
Dan kami baru kembali kerumah masing-masing pada malam hari.
Disepanjang perjalanan, aku hanya berharap orang-orang rumah
tidak akan membuatku merasakan perasaan yang kurasakan disekolah tadi. Tapi,
itu tidak terkabul. Sampai rumah, papa dan mama belum pulang dari kerjanya,
mereka pasti lembur. Dan lebih menyedihkan lagi, aku mendengar suara gaduh dari
ruang tengah. Setelah kulihat, hei key, apalagi yang dia lihat sampai berteriak
seperti orang sinting begitu. Sepak bola, lagi lagi dia sedang melihat
pertandingan bola. Ya, adikku memang gila bola. Padahal dia perempuan. Itu sebabnya mengapa aku sangat benci
ketika key tengah menontonnya, dia selalu berteriak sepuas dia mau. Aku
benar-benar heran, apa bagusnya sepak bola. Hanya membosankan menurutku,
sungguh.
Hari ini, aku benar-benar merasakan kesialan yang luar
biasa, kesialan yang sampai mencapai klimaksnya. Aku heran sepenuh-penuhnya
pada hari ini, benar-benar heran.
Well, sudah hampir sebulan aku melakukan aktifitas yang sama
setiap hari –tentunya, kecuali sabtu dan minggu- penuh keheranan, dan
menyialkan. Tapi, aku tetap terlihat biasa saja didepan teman-temanku. Ya,
aku sudah cukup beradaptasi dengan teman-teman sekelasku.
Hari ini, lyn tidak masuk. Aku benar-benar merasa hampa.
Tapi, tak apa, masih ada selena –sahabat baru ku dan lyn di kelas ini- saat
istirahat, aku mengajak selena untuk ke kantin, tapi dia tidak bisa, dia harus
menemui mrs. Taylor-guru ballet selena disekolah ini- well, aku pun memutuskan
untuk pergi ke perpustkaan saja. Disana, aku mencoba mencari buku yang
sekiranya pas untuk kubaca. Setelah mendapatkan buku, segera aku duduk di
bangku tengah-tengah. Ya, memang pada saat itu hanya ada aku di perpustakaan.
Tak lama, ada seorang anak laki yang ingin membaca, dan dia duduk disampingku.
Setelah kulihat, ternyata dia seorang murid yang sekelas denganku. Aku hanya
tersenyum padanya, lalu melanjutkan membacaku, tanpa menggubrisnya lagi. Tapi
lama kelamaan, aku merasa aneh. Hei, kenapa aku jadi tidak konsen membaca? Ada
apa ini? Perasaan yang aneh. Tapi aku tetap berusaha melanjutkan membaca buku
ku lagi. Tapi semakin lama, aku merasa kalau joe-teman laki yang sekelas padaku
tadi- sedang memperhatikanku. Tapi, aku tetap berusaha untuk tidak ke g e-er
an. Tapi sesekali aku melirik nya, pandangannya semakin nyata. Semakin nyata
kalau dia sedang memperhatikanku. Aku benar-benar risih. Lalu, melanjutkan lagi
bacaanku.
Bel masuk berbunyi. Joe pun segera kembali ke kelas,
sedangkan aku, harus mengembalikan buku pinjamanku tadi. Sesampainya dikelas,
aku duduk dibangku(seperti biasa) dan aku baru sadar, ternyata joe duduk tepat
didepanku. Tapi, mengapa aku merasa aneh. Waktu demi waktu, setiap pelajaran
sesekali aku selalu melihat kearah joe, entah mengapa tapi rasanya sudah
seperti gerak reflek. Dan tak disangka-sangka, joe menoleh kebelakang-tepatnya
kearahku- “hei megg, bisa ajarkan aku soal nomer 16 ini? Kudengar kau anak yang
pandai” tanya joe tiba-tiba. Hei, aku benar-benar merasa gugup. Sebenarnya,
mengapa ini terjadi? Aku mencoba menenangkan diri. Dan dengan santai aku
menjawab pertanyaan joe “oke, sini ku ajari” disepanjang waktu aku
menjelaskannya aku mulai merasa kami berdu cocok. Maksudku, cocok sebagai teman
mengobrol. Ya, karena apa yang kita bicarakan selalu seirama. Walaupun ada
sedikit topik pembicaraan yang kadang kadang melenceng.
Hari demi hari yang
kulewatkan dikelas, tak pernah sedikitpun aku tak memerhatikannya. Maksudku,
memerhatikan joe. Setiap hari kami bertiga-aku, lyn dan joe- selalu
berbincang-bincang bersama jika didalam kelas, dan kadang berempat-jika, selena
tidak sibuk- ya, dan sepertinya aku mulai merasakan hal yang benar-benar
membingungkan. Maksudku, apa iya aku benar-benar menyukai joe? Joe memang tidak
terlalu tampan, tetapi dia manis. Selain itu dia juga asik.
Sudah hampir, kira kira, 2 bulan. Aku selalu memikirkan joe.
Karena sudah kusimpulkan aku memang suka pada joe. Karena menurutku, dia juga
menyukaiku. Itu semua kulihat dari bagaimana sikapnya padaku. Dia selalu
mengantarku pulang, dia juga sering ke perpustakaan jika aku ke perpustakaan,
dia juga sangat perhatian padaku; menelpon atau meng sms ku untuk
mengingatkanku agar aku tidak lupa makan, bahkan jika aku tak sengaja
melihatnya, posisi pandangannya selalu mengarahku. Semacam seperti
memperhatikanku. Aku pun juga sudah sering menceritakan hal ini pada lyn dan
selena. Setiap malam, aku selalu nge BBM mereka, menceritakan apa yang
sedang kurasakan. Sebaliknya, mereka juga sering menceritakan hal-hal yang
sedang mereka alami pada saat itu.
Tapi anehnya, mengapa joe tak kunjung mengungkapkan
perasaannya padaku? Padahal sudah banyak sinyal yang dia pancarkan padaku.
membingungkan. Payah.
pagi-pagi sekali aku dating kesekolah, dan aku kaget setelah
melihat kedalam kelas. Disana kulihat joe bersama merry-teman sekelasku juga-
sedang besenda gurau. “joe..” panggilku pelan. “ada apa megg? Kalau tidak
penting, nanti saja bicaranya” jawab joe, lalu meneruskan kembali gurauannya
bersama merry. Hei, mengapa ini? Apa joe sudah tak menyukaiku lagi? Atau
kesimpulanku tentang joe yang menyukaiku itu salah? Ya, ternyataselama ini aku
telah salah menyimpulkan perasaan joe. Bodoh sekali aku. Mengapa aku bisa cepat
menyimpulkan itu semua? Tapi kurasa aku tidak ada hak untuk melarang joe,
Karena kupikir aku bukan sapa sapanya. Hanya aku saja yang selama ini terlalu
berlebihan.
Tapi, setelah kupikir-pikir aku tidak salah telah
menyimpulkan ini. Karena sinyal-sinyal yang joe berikan telah membuatku yakin.
Dan kini aku telah menyimpulkan, dan aku yakin kesimpulanku ini gak akan salah,
bahwa joe adalah peng- PHP.” Joe, aku akan melupakanmu, aku janji..”
bisikku dalam hati.
Bersambung….
No comments:
Post a Comment